10 perbuatan baik dalam agama buddha

MenurutBuddha, kehidupan ini adalah dukha (penderitaan). Penderitaan yang dialami manusia berasal dari tanha. Adanya tanha itu karena Avijja (ketidaktahuan). Maka dari itu, manusia harus melenyapkannya. Untuk melenyapkan penderitaan tersebut, manusia harus melaksanakan beberapa jalan, yaitu sering disebut jalan tengah atau jalan menuju Nibbana. 31(Tiga Puluh Satu) Alam Kehidupan Dalam Agama Buddha. Terlahir kembali merupakan bukti dari kehidupan yang berulang-ulang dari setiap makhluk yang disebut dengan istilah punabhava (pali) atau punarbhava (sansekerta). Setiap makhluk yang masih diliputi tanha (keinginan tanpa akhir) akan selalu terlahir kembali di salah satu dari 31 alam kehidupan. Perbuatanitu dilakukan dengan baik apabila terbebas dari a. Metta b. karuna c. Lobha d. Mudika 3. berkata jujur termasuk perbuatan baik melalui a. Ucapan b. Badan Jasmani c. Perbuatan d. Jelaskan Kondisi agama Buddha pada masa penjajahan 3. Sebutkan 3 tokoh pejuang penyebaran agama Buddha setelah kemerdekaan RI ! Sepuluhpārami atau kesempurnaan merupakan indikator tertinggi bagi umat Buddha untuk mencapai pencerahan, atau bisa dikatakan orang tersebut mempunyai tingkat spiritualitas tertinggi dalam agama Buddha. Hal ini bukan tidak mungkin dipunyai oleh umat Danyang dimaksud dengan etika dalam bahasa Indonesia adalah kesusilaan yang berarti hal-hal yang berkenaan dengan perbuatan baik. Dalam agama Buddha sila merupakan dasar utama dalam pelaksanaan 3. ajaran agama, mencakup semua prilaku dan sifat-sifat baik, yang termasuk ajaran moral dan etika. Keisya Levronka Tak Ingin Usai Lirik Chord. Perbuatan Baik Dalam Praktik Oleh Yang Mulia Bhikkhu Sudhammajivo Panca Sila, sebagaimana halnya hukum negara, membantu umat Budha untuk mendisilpinkan diirnya dan mengikuti Jalan Mulia Beruas Delapan. Pancasila sebenarnya nilai-nilai maunsia yang mendasar, yang membawa manfaat besar bagi mereka yang melaksanakannya. Lima aturan itu adalah menjauhi diri dari pembunuhan, pencurian, prilaku seks yang menyimpang, berbohong dan mengkonsumsi bahan-bahan beracun. Pertama adalah aturan menahan diri dari pembunuhan. Aturan ini berkenaan degnan pembunuhan yang dilakukan secara langsung oleh diri sendiri atau dilakukan secara tidak langsung dengan menyebabkan orang lain membunuh. Lebih jauh lagi, tidak hanya itu bukan hanya menyangkut manusia, tetapi juga makhluk hidup lai. Sila ini dibangun secara kuat atas asar pengakuan kesamaan hakiki dari semua makhluk hidup dan saling timbal balik hubungan. Dalam hal ini, aturan ini tidak berbeda dari dan tentu asja, menciptakan pla bagi sila kedua, ketiga, dan keempat dn hanya sila kelima yang agak berbeda. Secara khusus, kesamaan berarti bahwa semua makhluk hidup sama dalam menginginkan hidup dan takut akan kematian. Saling timbal balik berarti sebagaimana orang tidka mau dibunuh, begitu juga semua makhluk hidup tidak mau dibunuh. Sang Buddha menganjurkan semua oang untuk membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain dan dengan demikian menahan diri dari pembunuhan. Sang Buddha mengajarkan prinsip tanpa kekerasan ahimsa dan mendorong orang untuk meninggalkan niat jahat dan kemarahan. Sila yang pertama menjga agar sikap yang tidak baik ini tidak berwujud dalam tindakan. Sebagaimana penerapan positif sila pertama adalah melindungi kehidupan atau memberi perlindungan, praktek Buddhis tradisional untuk prinsip ini adalah dengan membeli hewan-hewan yang terkurung mislanya burung, kura-kura, ikan, dan katak yang akan dibunuh dan melepaskannya. Selain itu umat Buddha kadang-kadang memperluas penerapan ila pertama ke kebiasan diet mereka. Dalam kaitan ini, mereka menjadi vegetarian dengan keyakinan bahwa dengan makan daging binatang berarti mendukung praktek pembunuhan binatang. Bila Buddhis membiasakan praktek vegetarian, mereka terutama didorong oleh penghormatan akan hidup dan bukan karena pandangan bahwa diet vegetarian itu baik untuk kesehatan atau bahwa daging pada dasarnya tidak suci. Kedua adalah aturan menahan diri dari pencurian. Orang dapat mencuru secara langsung, yaitu dilakukan oleh diri sendiri, atau menyebabkan orang lain untuk mencuri. Oleh karena itu kata-kata dan tindakan sekali lagi dapat memainkan peranana dalam pelanggaran sila ini. Umat Buddha selalu diperingati untuk menghindari keserakahan, dan keinginan untuk memiliki berlebihan. Sila kedua menjaga agar sikap ini tidak diekspresikan dalam tindakan yang akan mengakibatkan ketidakbahagiaan bagi semua orang. Lebih jauh lagi, sila kedua menganjurkan agar kira mencari nafkah dengan cara-cara yang benar. Ketiga adalah aturan menahan diri dari perilaku seksual yang menyimpang. Seperti halnya menciri, perilaku sekual yang menyimpang pada dasarnya didorong oleh hasrat yang berlebihan atau keserakahan. Sang Buddha menganjurkan orang untuk menahan kecenderungan dari perilaku seksual yang salah, Beliau menganjurkan pengobatan khusus untuk masalah ini. Beliau mengajurkan orang untk menganggap lawan jenis yang menjadi pasangan orang lain sebagai ibu/ayah, saudara/i, putra/i sesuai dengan usia mereka. Kalau hal ini gagal untu menundukkan hasrat yang berlebihan, mereka dianjurkan untuk merenungkan kekotoran tubuh. Karena melanggar sila ini, beberapa orang terlahir dengan cacat organ tubuh. AIDS dan penyakit yang ditularkan secara seksual juga teruatma disebabkan oleh pelanggaran sila ini. Tak ada jalan keluar yang lebih baik daripada berpantang melakukan hubungan seksual yang salah. Pencegaha lebih baik daripada penyembuhan. Hubungan suami istri tidak dianggap sebagai pelanggaran seksual yang menyimpang. Hal ini diterima bagi umat Buddha awam yang menjalani hidup berumah tangga. Keempat adalah aturan menahan diri dari kebihingan. kebenaran sangat penting bgai agama Buddha yang mengajarkan bahwa seseorang dapat mencapai Penerangan Sempurna dengan mengetahui kebenaran. Pangeran Siddharta meninggalkan hidup dalam istana ayahnya untuk mencari kebenaran dan kemudian beliau dikenal sebagai “Raja Kebenaran”. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bahwa penghargaan atas Kebenaran haruslah dijunjung tinggi dalam aturan perilaku yang baik sebagai sila keempat, yaitu menahan diri dari berkata bohong. Membunuh sering kali brekaitan denga niat jahat dan kemarahan, pencurian berkaitan dengan nafsu. Sedangkan seseorang dapat berkata bohong bisa karena niat jahat dan kemarahan karena ia ingin merusak nama baik orang lain, atau karena nafsu atau keserakahan dalam rangka memperoleh benda yang ia inginkan. Berpantang diri dari berbohong bukan hanya mencakup kebohongan biasa, tetapi juga semua jenis penipuan dan pernyataan yang melebih-lebihkan. Disini, menghasut orang lain untuk berbohong juga merupakan pelanggaran sila keempat. Bahkan lebih tajam lagi, dalam sila keempat juga tersirat menahan diri dari penipuan diri, yaitu membohongin diri sendiri. Orang yang terbiasa membohongi diri takkan mampu maju memcapai kebahagian dan penerangan. Kelima adalah aturan menahan diri dari mengkonsumsi memakan atu meminum bahan-bahan beracun. Sebagaimana ditunjukkan sebelumnya, sila kelima adalah turan yang bebeda dari keempat sila sebelumnya, karena makanan dan minuman yang beracun bukanlah pelanggaran prinsip penghargaan atas hidup, hal memiliki harta benda, hubungan pribadi dan kebenaran yang terwujud dalam sila lainnya. Namun mengkonsumsi barang-barang beracun cenderung menciptakan keadan yang dapat melanggar sila yang lain. Selain itu, jika melenggar keempat sila pertama secara lansung melukai orang lain, melanggar sila kelima secara langsung melukai diri sendiri. Selain menjaga pelaksaan keempat sila sebelumnya denagn menjaga, pemusatan pikian, sila kelima juga melawan ketumpulan pikiran. Yang kedua, sila kelima menyiapkan pikiran untuk praktek mengembangkan mental yang mengembangkan mental yang menuju ke Kebijaksanaan. Dengan demikian sila kelimat bukan semata-mata atau bhakan mungmin erutama prinsip moral, melainkan bagian praktek yang berguna untuk maju dalam tingkat-tingkat yang lebih tinggi dalam jalan menuju penerangan. Pancasila adalah penerapan khusus dan pribadi dari aturan perbuatan baik. Kalau dilaksanakan secara menyeluruh akan menghasilakn terbentuknya masyarakat yang ideal. Bahkan kalaupun oleh pribadi dan secara sebagian. Pancasila mneyediakan dasra bagi kebahagiaan sekarang dan yang akan datang. Hal ini karena kalau panca sila dilaksanakan akan mencegah penyebaran tindakan tidak baik dari tubuh, ucapan, dan pikiran yang mengakibatkan penderitaan menurut hukum kamma. Oleh karena itu bila dengan melaksanakan sila-sila itu orang menghindari pembunuhan, pencurian, prilaku seks yang salah dan berbohong, orng menjga dirinya supaya tidak menderita drai perbuatannya seperti pedek umur, kemelekatan, atau kesengsaraan perkawinan dn seterusnya, yang merupakan akibat dari tindakan-tindakan tidak baik itu. Dengan demikian pembunuhan semut ataupun nyamuk atau musuh pada masa perang, walaupun masih merupakan unsur dari sila pertama, mungkin tidak membawa akibat kamma yang penuh karena kondisi dimana hal itu terjadi. Pelaksanaan delapan aturan Attha Sila pada tanggal satu dan lima belas pada penanggalan bulan, juga disebut sebagai Uposattha namaknya dimulai sebagai semacam pelengkap bagi umat awam atas pengulangan aturan kebiaraan bagi para bhikkhu. Pelaksanaan delapan sila bagi umat awam dapat ditelusuri kembali pada masa Sang Buddha. Dalam kotbah kepada Visakha, pengikut awam yang saleh, Sang Buddha menganjurkan pelaksanaan delapan sila pada hari-hari tertentu. Secara khusus, melaksanakan delapan sila dikatakan bseagai tiruan dari disiplin para Arahat. Delapan sila bukan hanya membuat penghargaan atas pelepasan dan merenungkan ajaran Sang Buddha, tetapi juga jasa-jasa yang berarti yang berakibat kebahagiaan di maas yang akan datang. Delapan sila mencegah makan pada waktu yang tidak layak, menari, menyanyi, musik dan tontonan yang tidak pantas; dari penggunaan untaian bunga, wewangian, dan polesan; dari benda-benda yang bertujuan mempercantik dan menghias diri. Penggunaan tempat tidur yang tingi dan besar juga dilarang untuk mencegah kemalasan dan mendorong kerendahan diri, sebagaimana secara tradisional, penggunaan tempat tidur dan tempat duduk yang tinggi diperuntukkan bagi orang yang berstatus tinggi dan mengakibtkan perasaan diri sebagai orang penting. Dengan hanya menahan diri dari waktu ke waktu dengan cara ini sehingga seseorang akan dapat mengatasi keresahan dan mampu mengendalikan dirinya. Latihan ini, melatihnya untuk tidak kewcewa bila ia tidak mendapatkan kesenangan inderawi. Para bhikkhu dan bhikkhuni yang telah meninggalkan kesenangan duniawi melaksanakan prinsip-prinsip ini sepanjang waktu. Sebaliknya umat Buddha awam melaksanakan delapan aturan ini sewaktu-waktu saja. Namun semua umat Buddha yang melaksanakan lima aturan setiap hari. Pelaksanaan sila membantu orang untuk menanam lima kebaikan mulia yang berkaitan dengan masing-masing sila. Yang pertama adalah mengembangkan belas kasihan; yang kedua kedermawanan dan ketidakmelekatan; yang ketiga adalah rasa puas; yang keempat kebenaran, dan yang kelima adalah perhatian penuh dan kejernihan pikiran. Setiap umat Buddha selayaknya melaksanakan kelima sila untuk dapat meningkatkan dirinya secara moral dan spiritual. Moralitas adalah langkah pertama dalam jalan menuju kebahagiaan abadi. Moralitas adalah pondasi spiritual yang mendasar. Tanpa ladasan ini, takkan ada kemajuan manusia dan kemajuan spiritual. Setelah menegakkan fondasi moral, seseorang dapat melanjutkan untuk mengembangkan pikiran dan kebijaksanaannya. Praktek ini akan menuntunya dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat-tingkat perkembangan mental yang lebih tinggi, dan akhirnya menuju puncak dari semua pencapaian yaitu penerangan. [ Dikutip dari Majalah Dhammacakka No. 12/Tahun IV/1998, diterjemahan secara bebas oleh Sukaria, ] Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Dasa Punnakiriyavatthu, Inilah 10 Cara Perbuatan Kebajikan ala BuddhistPengertian Dasa Punnakiriyavatthu. Inti dari Ajaran Buddha yang tertuang dalam Dhammapada 183 adalah “Janganlah berbuat jahat, perbanyak perbuatan baik, sucikan hati dan pikiranInilah ajaran para Buddha” Lalu apa yang dimaksud perbuatan baik menurut Sang Buddha. Sang Buddha menjelaskan ada 10 Cara melakukan perbuatan baik yang kemudian disebut dengan Dasa Punnakiriyavatthu terdiri dari empat kata, yaitu dasa, punna, kiriya dan vatthu. Dasa artinya sepuluh, Punna artinya jasa, baik, bajik, manfaat, berguna, Kiriya artinya melakukan, vatthu artinya dasar, hal, cara. Dasa Punnakiriyavatthu artinya sepuluh cara untuk melakukan perbuatan bajik atau baik. Bagi umat Buddha sangat dianjurkan untuk melaksanakan salah satu atau keseluruhan dari dasa punnakiriyavatthu tersebut. Sepuluh cara untuk melakukan perbuatan baik terdiri dari 1. DANA Dana berarti beramal/memberi/membantu/menolong makhluk lain tanpa mengharapkan balasan dari mereka yang telah menerima dana kita. Dana dapat diberikan dalam bentuk materi/barang dan non materi2. SILA 1 2 3 4 Lihat Filsafat Selengkapnya Jadi mempunyai pikiran yang baik di kala akan meninggal adalah merupakan hal yang penting yang akan menentukan bentuk kehidupan berikutnya menjadi lebh baik. 10 Jalan Perbuatan Baik Dasa Kusala Kamma Patta. Nibbana Janganlah berbuat jahat perbanyak perbuatan baik sucikan hati dan pikiran Inilah ajaran para Buddha Lalu apa yang dimaksud perbuatan baik menurut Sang perbuatan baik dalam agama buddha. Hukum karma dalam agama buddha. Perbuatan asusila Kamesumicchacara 4. Selain itu umat Buddha juga sangat dilarang untuk melakukan 5 bentuk perbuatan jahat karma buruk yang paling berat atau karma celaka. Keimanan kita juga akan teruji keti. Sang Buddha menjelaskan ada 10 Cara melakukan perbuatan baik yang kemudian disebut dengan Dasa Punnakiriyavatthu. Sang Buddha menjelaskan ada 10 Cara melakukan perbuatan baik yang kemudian disebut dengan Dasa Punnakiriyavatthu. Inti dari Ajaran Buddha yang tertuang dalam Dhammapada 183 adalah. Inti dari Ajaran Buddha yang tertuang dalam Dhammapada 183 adalah. Dasa Akusalakamma Patha 10 perbuatan buruk dalam Agama Buddha Kisah Devadatta Dasa Akusalakamma berasal dari kata Dasa artinya sepuluh Akusala artinya tidak baik atau jahat Kamma artinya perbuatan Patha artinya jalan atau cara. Dasa Punnakiriyavatthu terdiri dari empat kata yaitu dasa punna kiriya dan vatthu. Makhluk yang dapat dilahirkan dialam ini telah sempurna menjalankan 10 perbuatan bajik Dasa Kusala Karma dan melakukan pancasila dengan baik bila pahala kebajikannya telah habis dinikmati maka ia juga tumimbal lahir lagi di alam manusia. Punna kiriya artinya jasa atau berbuat kebajikan. Materi pembelajaran agama buddha kelas 2 SD perbuatan baik melalui pikiran. 10 Jalan perbuatan baik Dasa Kusala Kamma adalah landasan Buddha Dhamma. Untuk hal ini praktisi pengikut agama Buddha harus berupaya keras untuk meninggalkan seluruh pikiran yang salah dan dapat merugikan perkataan dan perbuatan. Janganlah berbuat jahat perbanyak perbuatan baik sucikan hati dan pikiran Inilah ajaran para Buddha Lalu apa yang dimaksud perbuatan baik menurut Sang Buddha. Hukum karma agama buddha. Para bhikkhu kehendak adalah yang Kusebut sebagai kamma. Dasa Punnakiriyavatthu Inilah 10 Cara Perbuatan Kebajikan ala Buddhist Pengertian Dasa Punnakiriyavatthu. DALAM kehidupan setiap makhluk tentu menginginkan kebahagiaan tetapi perbuatan untuk mendapat kebahagiaan sebagian besar yang dilakukan setiap makhluk berbedaNamun di dalam ajaran Buddha Gotama mengajarkan kepada umatnya cara berbuat baik dengan tujuan agar kita yang menjalankannya selalu berbahagia dan bahkan bisa terealisasi Nibhana. Dalam kitab suci Tipitaka umat Buddha diajarkan untuk melakukan 10 sepuluh Jenis perbuatan baik Karma Baik dan dilarang untuk melakukan 10 jenis perbuatan buruk Karma Buruk. Praktisi penganut agama Buddha sebaliknya harus berupaya keras untk meningkatkan apa yang baik dan berguna untuk diri mereka sendiri dan orang lain dalam pemikiran mereka perkataan. Alam Dewa dihuni oleh para Dewa dan Dewi yang diliputi oleh kegembiraan usia panjang dan kemakmuran yang berlimpah-limpah. DASA PUNNYAKIRIYAVATTHU Inti Ajaran Buddha Dhammapada syair 183 Sabbapapassa akaranam Kusalasaupasampada Sacittapariyodapanam Etam buddhana sasanam Janganlah berbuat jahat perbanyak perbuatan baik sucikan hati dan pikiran Inilah ajaran para Buddha Buddha menjelaskan ada 10 Cara melakukan perbuatan baik yang disebut dengan Dasa Punnakiriyavatthu. Dasa Akusalakammapatha artinya sepuh cara berbuat jahat terdiri dari. Mengambil barang yang tidak diberikan Adinnadana 3. Agama Islam Para Rasulullah dipertanggungjawabkan memikul tugas membawa akhlak yang mulia-memperbaiki dan mengajar Akhlak terpuji yang perlu diikuti oleh umat Islam adalah akhlak Nabi Muhammad saw. Ini semua adalah akibat dari perbuatan baik yang kita praktikkan dalam kehidupan ini. Mengarahkan Pandangan yang benar Ditthijju kamma Dengan meninggalkan segala perbuatan yang buruk dan jahat serta mengamalkan 10 perbuatan baik ini merupakan dasar bagi kita untuk mempraktekkan ajaran Sang Buddha karena tidak semua orang tahu manfaat dari praktek atau mengamalkan 10 perbuatan baik ini. Dasa Kusala-Kamma atau Dasapunnakiriyavatthu berasal dari kata Dasa Punnakiriya dan Vatthu. Pemberian jasa Pattidana 7. Gemar beramal dan bermurah hati akan berakibat dengan diperolehnya kekayaan dalam kehidupan ini atau kehidupan yang akan datang. Di dalam konsep buddhis Ada 10 perbuatan baik yang apabila dilakukan akan lebih cepat berbuah karma baik. Dalam kehidupan kita sehari hari kita akan sering sekali menemui hal hal baru baik itu dari segi positif maupun negatif. Hidup bersusila mengakibatkan terlahir kembali dalam keluarga luhur yang keadaannya berbahagia. Hukum alam didasarkan pada mereka. Menghormat orang yang patut dihormati Apacayana 5. Menurut hadis riwayat Bukhari Akhlak Rasulullah saw. Setelah berkehendak seseorang bertindak melalui jasmani ucapan atau pikiran Ini berarti semua jenis perbuatan yang baik maupun yang burukjahat yang dilakukan oleh pikiran mano saja atau terwujud dalam perkataan vaci maupun jasmani kaya yang dilakukan setelah didahului dengan adanya kehendak maka disebut dengan kamma. Apalagi jika telah menyadari kebenaran Hukum Kamma yang telah ditunjukkan oleh Sang Buddha Guru Agung junjungan kita sejak 2500 tahun yang silam tentunya kita semua tidak ingin mendapatkan hal-hal yang buruk di masa yang akan datang. Di dalam konsep buddhis Ada 10 perbuatan buruk yang apabila dilakukan akan lebih cepat berbuah karma buruk. 10 sepuluh jenis kamma baik. Omong kosong Samphappalapa 8. Berbicara kasar Pharusavaca 7. Misalnya memikirkan perbuatan baik atau jahat yang telah dilakukan di masa lalu. Melayani orang yang patut dilayani Veyyavacca 6. Dasa artinya sepuluh Punna artinya jasa baik bajik manfaat berguna Kiriya artinya melakukan vatthu artinya dasar hal cara. Karma dalam agama buddha. Nibbana Dasa Kusala Kamma Patta 10 Jalan Perbuatan Baik Oleh Bhikkhu Thitayanno Youtube Berduka Atau Bersuka Dengan Kematian B Uttamo Youtube Hidup Kematian Teratai Pin Di Quotes Pin On Buddhism Walaupun Mengerti Tetapi Tidaklah Mudah Untuk Menerima Saat Perubahan Datang Karena Kemelekatan Terlalu Tebal Walau Bagaimana Teaching Understanding Buddhism Satu Dharma 10 Perbuatan Baik Menurut Pandangan Buddhis Truth Buddha 10 Perbuatan Baik Kusala Kammapatha 10 Perbuatan Baik Perjalanan Melatih Diri Ajaran Buddha Avalokitesvara Bodhisattva Oleh Deddy Sukamto & Majaputera Karniawan, Kebaikan dalam pengertian umum Kebaikan adalah suatu nilai yang ada dalam setiap enam agama besar yang diakui di Indonesia dan juga dalam ajaran agama maupun kepercayaan lainnya. Kebaikan juga adalah sebuah nilai universal yang dapat dipahami oleh semua manusia. Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kebaikan berakar pada kata baik’ yang berarti elok, patut, teratur; berguna; tidak jahat, sedangkan kebaikan sendiri berarti sifat baik ataupun perbuatan baik KBBI Kebaikan juga sering diasosiasikan dengan kebajikan, yang secara arti kata, kebajikan berarti sesuatu yang mendatangkan kebaikan keselamatan, keberuntungan, dsb; juga berarti perbuatan baik Ibid. Banyak tokoh umum yang juga mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan mengentaskan ketidakadilan serta kejahatan tanpa menjelaskan secara definitif apa itu kebaikan. Setiap agama pun memiliki nilai kebaikannya sendiri, sehingga sulit menemukan kebaikan menurut pendapat ahli, hal ini dikarenakan kebaikan adalah istilah lazim yang sudah diketahui khalayak umum. Kebaikan dalam Ajaran Buddha Melakukan kebaikan kebajikan berarti menjadi baik kepada sesama, yaitu menjadi bermanfaat bagi sesama atau murah hati Dhammavuddho, 20083 Dalam bahasa Pali, ada beberapa kata yang berarti kebaikan dan kebajikan. Seperti Kusala yang berarti Kebaikan; Punna berarti kebajikan, jasa.; sedangkan Succarita berarti perbuatan kebaikan, bisa melalui perbuatan jasmani, ucapan, maupun pikiran. The Thai Buddhist Sangha Order dalam Ping 201622 menjelaskan berbagai pokok ajaran Buddha yang berhubungan dengan kebajikan Punna No. Palivacana Arti Bahasa Indonesia Sumber 1 Punnam Corehi Duharam Kebajikan tidak dapat dirampok Sam. Sa. 15/50. 2 Punnam Sukham Jivitasankhayamhi Kebajikan memberikan kebahagiaan pada saat ajalnya tiba Khu. Dha. 25/59. 3 Sukho Punnassa uccayo Kebahagiaan berasal dari akumulasi kebajikan Khu. Dha. 25/30. 4 Punnani paralokasmim patittha honti paninam Kebajikan akan melindungi dalam kehidupan yang akan datang Sam. Sa. 15/26; San. Pancaka 22/44; Khu. Ja. Dasaka 27/294. 5 Punnani kayiratha sukhavahani Kebajikan akan membawa kebahagiaan Sam. Sa. 15/3. An. Tika. 20/198. Sumber tabel Pengolahan sendiri. Pada dasar ajarannya, Buddha mengajarkan untuk menghindari segala bentuk kejahatan, mengembangkan kebaikan, dan mensucikan pikiran dari sini sudah terlihat dengan jelas bahwa Ajaran Buddha berorientasi pada perbuatan kebajikan Succarita dan mencegah perbuatan buruk Duccarita serta membuat pikiran menyingkir dari hal-hal yang menimbulkan kekotoran yaitu keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin. Ketiga hal ini disebut Tiga macam nasihat Sang Buddha Buddha Ovada, Ping, 201627-29. Seseorang yang mempelajari Ajaran Buddha, pertama-tama harus mengetahui dan mampu menghindari serta mencegah semua perbuatan buruk Duccarita. Kesemuanya dari sini dikelompokan melalui 3 tiga jalur yaitu perbuatan buruk melalui jasmani Kaya duccarita, ucapan Vaci duccarita, dan pikiran Mano duccarita dalam U Jotalankara, 201355-56. Apapun jenisnya, perbuatan buruk ini disebut sebagai kualitas tidak bermanfaat atau tidak baik Akusala dhamma yang harus segera diatasi. Ada sepuluh macam duccarita yang harus dihindari Ibid, 201355-65 sebagaimana diterangkan pada tabel berikut No Perbuatan Duccarita Dikatakan terjadi jika Faktor terjadinya lengkap Melalui jalur 1 Membunuh Mahluk hidup Sadar itu Mahluk hidup Kehendak untuk membunuh Usaha untuk membunuh Kematian akibat membunuh. TINDAKAN JASMANI 2 Mencuri Kekayaan orang lain Sadar itu milik orang lain Kehendak untuk mencuri Usaha mencuri Terjadi pencurian akibat usaha. 3 Melakukan hubungan seksual yang salah Objek terlarang perempuan di bawah perwalian Hasrat seksual untuk menikmatinya Upaya untuk menikmati Memasukan alat kelamin ke dalam kelamin orang lain. 4 Berbohong Suatu hal yang tidak benar Kehendak untuk menipu Usaha untuk berbohong Berbicara kebohongan pada orang lain. UCAPAN 5 Memfitnah/ Memecah belah Hubungan yang akan dipecah Pikiran untuk memecah belah Usaha memecah belah Berbicara untuk memecah belah. 6 Ucapan kasar Ada pihak lain untuk dilecehkan Pikiran marah Melakukan pelecehan. 7 Ucapan omong kosong/gosip Adanya pembicaraan tidak masuk akal atau tidak ada untungnya Terdapat topik-topik sejenis. 8 Tamak, iri hati Properti atau materi orang lain Menunjuk dengan mengharapkan “Kalau saja itu milikku”. PIKIRAN 9 Keinginan jahat Ada mahluk lain Berpikir untuk menyakiti mahluk lain. 10 Pandangan salah Sikap menyesatkan dalam memandang objek Pemahaman berdasarkan konsep yang salah. Sumber tabel Pengolahan sendiri. Setelah mengetahui jenis-jenis perbuatan buruk yang harus dihindari, seseorang perlu berusaha semaksimal mungkin menghindarinya dan mencegahnya untuk timbul, dengan menghindari kejahatan sebagai awal kebajikan. Menghindari perbuatan jahat dan memulai melakukan perbuatan baik tidak perlu dalam hal yang besar, untuk melakukannya dibutuhkan tekad yang kuat, usaha berkesinambungan dan terus menerus. Agar seseorang dapat menjadi semakin baik, usaha ini harus sering dilatih dan dikembangkan dalam kehidupannya. Dalam rangka mengembangkan kebaikan, ada 10 hal yang dapat dikembangkan, yang dinamakan 10 dasar perbuatan baik Dasa Puna Kiriya Vatthu, Iti 230 dalam U Jotalankara, 201371-81 Memberi Dana Memberi adalah bermurah hati, perbuatan derma yang patut dipuji merupakan dasar atau landasan untuk memperoleh berbagai keuntungan atau manfaat. Bentuknya tidak selalu materi, bisa saja berupa non materi. Ada tiga jenis Dana yang paling umum A. Amisa Dana adalah pemberian dalam bentuk benda atau materi; B. Abhaya Dana adalah memberi perlindungan dari bahaya, bisa dari para penguasa yang jahat, pencuri, kebakaran, musibah, binatang buas, musuh, perang, dan lain sebagainya; C. Dhamma Dana adalah memberikan ajaran kebenaran Dhamma dengan pikiran murni, pemberian berbentuk spiritual-religi dengan tujuan mengajarkan jalan menuju akhir dari penderitaan dukkha dan mencapai nibbana. Diantara ketiga jenis ini, Sang Buddha menyatakan Dhamma Dana adalah yang terbaik Moralitas Sila Moralitas adalah aturan, sebuah tatanan aturan yang menjadi dasar tingkah laku baik secara jasmani maupun ucapan. Umat Buddha sedikitnya menjalankan 5 lima aturan sila Pancasila yaitu menghindari pembunuhan mahluk hidup, menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan, menghindari perbuatan asusila, menghindari ucapan yang tidak benar, dan menghindari minuman memabukkan hasil penyulingan atau peragian yang menyebabkan lemahnya kesadaran DN33. Sangiti Sutta. Pada hari Uposatha, umat Buddha melaksanakan 8 delapan Sila Disebut Atthasila, Atthangauposatha sila – Saṅkhittūposatha Sutta, yaitu 5 lima sila tadi ditambah menghindari makan makanan setelah tengah hari; menghindari menari, menyanyi, bermain musik, melihat pertunjukan, memakai dan berhias dengan bebungaan, perhiasan, wewangian, kosmetik untuk tujuan menghias dan mempercantik diri; menghindari penggunaan tempat tidur yang tinggi dan besar/mewah atau melaksanakan 9 sembilan Sila Disebut Navasila, Navangauposatha sila – Navaṅguposatha Sutta, yaitu 8 delapan Sila ditambah bertekad akan berdiam dalam pikiran memancarkan cinta kasih terhadap semua makhluk. Menjalankan sila selain kewajiban juga adalah suatu bentuk kebaikan yang bisa membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Bhavana Samadhi, meditasi pengembangan mental Meditasi adalah pengembangan mental, sebuah perbuatan baik yang juga bermanfaat bagi melatih pikiran sendiri. Ada 2 dua hal yang harus dikembangkan dalam meditasi, yaitu Samatha ketenangan batin dan Vipassana pandangan terang. Apacayana Apaciti Rasa Hormat Secara harfiah berarti kehendak yang timbul dari dalam diri seseorang untuk menghormat kepada orang yang bijaksana atau orang yang lebih tua dengan berdiri dari tempat duduknya dan memberikan penghormatan tanpa mengharapkan pamrih apapun. Rasa hormat sebagai suatu dasar perbuatan baik yang patut dipuji, misalnya ketika pergi menemui seorang bhikkhu senior, kita membawakan mangkuk dan jubah kepadanya, memberikan penghormatan kepadanya, menunjukkan jalan, dan sebagainya. Ada 4 empat manfaat bagi seseorang yang menghormati orang yang lebih tua yaitu umur panjang, paras bagus, kebahagiaan, dan kekuatan. Veyyavacca Pelayanan Arti sesungguhnya adalah kehendak yang muncul dalam diri seseorang dalam menjalankan tugas-tugas atau kewajibannya kepada seorang yang lebih tua atau merawat mereka yang sakit dengan pikiran tulus dan murni. Pelayanan sebagai dasar perbuatan baik yang patut dipuji harus dijalankan dalam bentuk menjalankan tugas dan kewajiban baik besar maupun kecil, seperti bakti kepada orang tua, memenuhi tugas dari guru, dan sebagainya. Pattidana Pelimpahan jasa Arti sesungguhnya adalah kehendak yang muncul dari dalam diri seseorang untuk mendedikasikan jasa kebajikan kepada yang lainnya. Seseorang berbagi jasa kebajikan sebagai dasar perbuatan baik misalnya ketika seseorang melakukan suatu perbuatan baik seperti berdana bunga atau makanan, ia mendedikasikan perbuatan baiknya dengan berharap “semoga perbuatan baik ini dapat dinikmati oleh seseorang, atau semua makhluk”. Pattanumodana Bergembira atas kebaikan orang lain Arti sesungguhnya adalah kehendak yang muncul dari dalam diri seseorang yang bergembira atau bersukacita dengan jasa kebajikan yang diperbuat oleh orang lain yang telah dilakukan. Pattanumodana juga sama dengan Muditta simpati, yaitu bersimpati atau turut bahagia dengan kebaikan dan kebahagiaan makhluk lain. Hal ini dapat dilakukan misalnya ketika telah melihat perbuatan baik yang dilakukan orang lain, kita turut berbahagia dengan mengucapkan terima kasih’, bagus’, baik sekali’, sādhu’, dan sebagainya. Dilakukan saat orang lain berbagi jasa kebaikan dengan kita ataupun ketika orang lain telah melakukan perbuatan baik. Dhammadesana Membabarkan Dhamma Arti sesungguhnya adalah kehendak yang muncul dari dalam diri seseorang yang membabarkan Dhamma ajaran kebenaran atau memberikan ceramah Dhamma tanpa mengharapkan imbalan, pamrih, ataupun penghargaan. Semata-mata agar para pendengar dapat memperoleh manfaat dari Dhamma yang kita sampaikan. Dhammasavana Mendengarkan pembabaran Dhamma Arti sesungguhnya adalah kehendak yang muncul dari dalam diri seseorang yang mendengarkan ceramah ataupun pembabaran Dhamma dari orang lain dengan pikiran murni, sebagai bentuk perbuatan baik yang akan membawa manfaat apabila dapat dipraktikkan dalam aplikasi kehidupan sehari-hari, lebih baik lagi jika bisa dibagikan kembali kepada orang lain sehingga orang lain tersebut juga memperoleh manfaat, seperti Khujuttara yang mendengarkan Dhamma dari Sang Buddha dan kemudian membagikannya kembali kepada Samavati Vijjananda, 2008. Ditthujukamma Meluruskan pandangan salah Adalah meluruskan pandangan salah seseorang, atau memperbaiki pandangan-pandangannya sendiri, itulah dasar perbuatan baik yang patut dipuji. Dengan melakukan kesepuluh dasar perbuatan kebajikan sama dengan halnya memenuhi pengajaran Sang Buddha tentang “mengembangkan kebajikan”, inilah bentuk praktis dalam Ajaran Buddha yang kedua. Mengembangkan kebajikan dan Menghindari kejahatan dengan 4 empat Usaha Benar Sammapadhana Dalam rangka memperkuat praktik kita agar terus tumbuh dalam Ajaran Buddha, Sang Buddha telah mengajarkan metode 4 empat usaha benar Cattaro Sammapadhana, keempatnya memiliki 4 empat tujuan yang berbeda-beda Pācīnādi Sutta, yaitu Membangkitkan keinginan untuk tidak memunculkan kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat yang belum muncul; Membangkitkan keinginan untuk meninggalkan kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat yang telah muncul; Membangkitkan keinginan untuk memunculkan kondisi-kondisi bermanfaat yang belum muncul; Membangkitkan keinginan untuk mempertahankan, meningkatkan, dan memperluas kondisi-kondisi bermanfaat yang telah muncul, untuk memenuhinya melalui pengembangan. Metode empat usaha benar Saṃvara Sutta terdiri dari Usaha dengan mengendalikan Saṃvarappadhānaṃ, maknanya adalah mengendalikan diri untuk tidak memunculkan atau mencegah kualitas-kualitas buruk tidak bermanfaat yang belum muncul memenuhi tujuan pada poin A. Caranya dengan menjalankan pengendalian keenam indera mata, telinga, hidung, lidah, kulit badan, dan pikiran dengan tidak menggenggam atau melekat pada gambaran dan ciri-cirinya, sehingga tidak akan muncul kerinduan dan kesedihan yang dapat muncul akibat melekat pada keenam indera ataupun objek turunannya. Usaha dengan meninggalkan Pahānappadhānaṃ, maknanya adalah meninggalkan kualitas-kualitas buruk tidak bermanfaat yang telah muncul memenuhi poin B. Caranya dengan tidak membiarkan pikiran buruk yang telah muncul berupa pikiran keinginan inderawi, pikiran berniat buruk, dan pikiran mencelakai. Berupaya untuk melenyapkan pikiran-pikiran buruk tersebut adalah usaha benar dengan meninggalkannya. Usaha dengan mengembangkan Bhāvanāppadhānaṃ maknanya adalah memunculkan kualitas-kualitas baik dan bermanfaat yang belum muncul memenuhi poin C. Caranya adalah dengan melatih mengembangkan 7 tujuh faktor yang disebut 7 faktor pencerahan, yaitu Perhatian, penyelidikan fenomena, semangat, kegiuran batin, ketenangan batin, Samadhi, dan keseimbangan batin. Dengan demikian, maka kualitas-kualitas bermanfaat dapat muncul dan tumbuh pada seseorang. Usaha dengan melindungi Anurakkhaṇāppadhānaṃ maknanya adalah mempertahankan serta berupaya mengembangkan dan meluaskan kualitas-kualitas baik dan bermanfaat yang telah muncul memenuhi poin D. Caranya adalah dengan melindungi objek konsentrasi yang baik samādhi­nimittaṃ yang telah muncul dalam meditasi, dengan demikian cara ini ditempuh dalam meditasi. Dengan melatih ke empat usaha benar ini, maka kebaikan akan semakin berkembang dan kejahatan dapat ditekan semaksimal mungkin, dan memaksimalkan agar kejahatan tidak dapat timbul dan bertahan kuat di dalam diri seseorang di kemudian hari serta kebaikan akan terus tumbuh dan berkembang dalam diri seseorang. Demikianlah nilai kebaikan dalam Ajaran Buddha. *** DAFTAR PUSTAKA Dhammavuddho, Ven Hye Bhikkhu. 2008. Ajaran Buddha. Jakarta. Penerbit Dian Dharma. Vijjananda, Handaka. 2008. Bodhi – Samawati kekuatan cinta. Jakarta. Penerbit Ehipassiko Foundation. Ping, Tjhan Shao Penyunting. 2016. Kurikulum Dhamma Tingkat Satu. Edisi 1 Hak cipta oleh The Thai Buddhist Sangha Order, The Office of the Dhamma-Studies Management and Examination, Controller Under the Royal Patronage. Bandung. Penerbit THE BOARD COMMITTEE FOR DHAMMAYUT IN INDONESIA Vihara Vipassana Graha. Suttacentral Offline Legacy Version. 2005. Dīgha Nikāya. Diakses 19 Mei 2019 pukul 1300. _________ Online Legacy Version. 2005. Dīgha Nikāya. Diakses 19 Mei 2019 pukul 1300. _________ Offline Legacy Version. 2005. Saṃyutta Nikāya. Diakses 19 Mei 2019 pukul 1300. _________ Online Legacy Version. 2005. Saṃyutta Nikāya. Diakses 19 Mei 2019 pukul 1300. _________ Offline Legacy Version. 2005. Aṅguttara Nikāya. Diakses 19 Mei 2019 pukul 1300. _________ Online Legacy Version. 2005. Aṅguttara Nikāya. Diakses 19 Mei 2019 pukul 1300. U Jotalankara, Sayadaw. 2013. AJARAN-AJARAN DASAR BUDDHISME. Jakarta. Penerbit Yayasan Prasadha Jinarakkhita Buddhist Institute. Yoga Permana, I Putu. 2014, KBBI Diakses melalui aplikasi windows phone pada 10 Oktober 2018 2006. NASIB/TAKDIR...pengertian & 10 cara merubah nasib/takdir menjadi lebih baik KESIMPULAN TENTANG “NASIB/TAKDIR”/KARMA menurut paham Buddhisme 1. Segala sesuatu di dunia tidaklah kekal, selalu berubah2. Perjalanan hidup seseorang juga dapat berubah3. Perubahan perjalanan hidup ditentukan oleh perbuatannya paling sedikit, sepuluh perbuatan yang dapat mengubah kehidupanAgama Buddha memang melihat kehidupan ini tidaklah kekal, selalu berubah. Dengan demikian, memang benar bahwa nasib seseorang pun dapat berubah. Nasib sesungguhnya adalah merupakan kumpulan buah perbuatan baik maupun buruk yang telah pernah dilakukan seseorang. Salah satu sabda Sang Buddha yang sangat terkenal tentang ini adalah "Sesuai dengan benih yang ditabur, begitulah buah yang akan dipetiknya. Pembuat kebajikan akan mendapatkan kebajikan dan pembuat kejahatan akan menerima kejahatan olehmu biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan memetik buah-buah dari padanya" Samyutta Nikaya I, 227. Jelas sudah sekarang bahwa suka dan duka adalah buah perbuatan sendiri. Dengan demikian, nasib pasti dapat diperbaiki dengan melakukan suatu tindakan tertentu. Agar lebih jelas memahami Ajaran Sang Buddha yang dapat dipergunakan untuk mengubah nasib maka disusunlah makalah ini. Namun, agar terhindar dari kerancuan pengertian istilah 'nasib' yang telah berkembang di tengah masyarakat bahwa nasib tidak dapat diubah maka dalam makalah ini digunakan istilah yang lebih sesuai yaitu Kamma Pali atau Karma Sanskerta.Istilah 'kamma' memang telah dipergunakan oleh Sang Buddha sendiri. Dalam pembahasan makalah akan digunakan istilah yang cukup memasyarakat yaitu 'karma'.Memperhatikan perumpamaan yang diberikan Sang Buddha tentang Hukum Karma, dapatlah dimengerti bahwa Hukum Karma sebenarnya adalah Hukum Sebab dan Akibat. Apabila ada sebab maka timbul pula akibat; apabila hilang penyebabnya maka hilang pula akibat. Hukum Sebab dan Akibat ini adalah merupakan hakekat kehidupan. Oleh karena itu, ada beberapa kondisi alam yang juga dipengaruhi oleh Hukum Sebab dan Akibat. Kondisi ini diuraikan dalam Abhidhamma Vatara 54 sebagai HUKUM ALAM Pancaniyama Dhamma yaitu1. Bija Niyama Hukum mengenai biji - bijian2. Utu Niyama Hukum yang berkenaan dengan temperatur3. Kamma Niyama Hukum Perbuatan4. Citta Niyama Hukum akibat dari kemampuan pikiran5. Dhamma Niyama Adanya gravitasiHukum Karma Kamma Niyama ternyata adalah salah satu dari Hukum Sebab dan Akibat. Sesuaidengan prinsip dasar Hukum Sebab dan Akibat berarti setiap suka dan duka yang dialami pasti adasebabnya. Apabila dapat mengatasi penyebabnya maka akibatnya pun dapat diubah. Jadi, kebahagiaan dapat dimunculkan dan penderitaan dapat dihindari asalkan mengetahui penyebab kebahagiaan dan penderitaan. Untuk dapat menumbuhkan kebahagiaan dan menghindari penderitaan, cara kerja karma harus diketahui terlebih dahulu. Pada kitab Visuddhimagga 601, cara kerja karma dibagi menjadi1. Karma yang menyebabkan kelahiranPada saat kelahiran, seseorang tidak dapat menentukan sendiri agar dapat lahir dengan bentuk tubuhtertentu, jenis kelamin tertentu dan sebagainya. Apa yang didapat pada saat kelahiran adalah mutlak buah karma yang telah pernah diperbuat dalam kehidupan sebelumnya. Lahir sebagai lelaki atau wanita, lahir sempurna atau cacad adalah hasil kerja karma yang melahirkan berdasarkan timbunan karma baik maupun buruk yang Karma yang mendukung buah karma yang tengah dialami .Kerja karma jenis kedua ini adalah memberikan tambahan atas karma yang muncul pada saatkelahiran. Apabila seorang anak lahir dengan lebih banyak memiliki karma baik sehingga ia mempunyai bentuk tubuh indah, sehat, ganteng / cantik dan sempurna maka karma yang mendukung memberikan nilai tambah lagi yaitu misalnya ia lahir dalam keluarga kaya raya, keturunan yang terhormat dan seterusnya. Sebaliknya, anak yang lahir dengan timbunan karma buruk yang cukup banyak sehingga ia memiliki tubuh cacad, wajah buruk maka akan ditambah pula dengan kelahirannya di keluarga pra sejahtera, kondisi keluarga yang kerja karma ini adalah jika seseorang lahir bahagia maka akan ditambah kebahagiaannya; bila saat lahir sudah menderita maka ditambah pula Karma yang mengurangi buah karma yang sedang dialamiKehidupan bahagia dan tambah bahagia serta mereka yang menderita semakin menderita ternyatamasih dapat diperbaiki. Kebahagiaan dapat ditingkatkan dan penderitaan dapat dikurangi. Inilah yang menjadi tugas karma jenis ini. Namun, tugas tersebut harus dilaksanakan sendiri. Artinya, mereka yang ingin tambah bahagia dan menghindari penderitaan harus mampu melakukan perbuatan baik. Ada banyak perbuatan baik yang dapat dilaksanakan. Dalam bagian lain makalah ini nanti akan dibahas satu demi tentang cara kerja karma jenis inilah yang akan dapat memberikan makna dalam kehidupan. Orang akan terdorong untuk melakukan kebajikan karena menyadari bahwa buah kebahagiaan akan dialami sendiri. Sebaliknya bila ia mengalami kesulitan, ia tidak akan putus asa karena sadar bahwa ia sendirilah yang dapat mengubah tangis menjadi tawa. Dari sinilah semangat hidup dapat sini pula dibangkitkan kelebihan manusia sebagai penentu suka duka hidupnya sendiri. Tidak akan ada kekecewaan di kala menderita; tiada kesombongan di kala suka karena orang telah menyadari bahwa segala suka dan duka yang dialami adalah hasil perbuatannya Karma yang memotong karma yang menyebabkan kelahiranPerubahan yang sangat drastis akibat perbuatan sendiri dapat menimbulkan jalan hidup yangbertentangan dengan karma yang dialami sewaktu dilahirkan. Seseorang yang sempurna tubuhnya dan lahir dari keluarga bangsawan namun ia suka mabuk-mabukan akan dapat mengakibatkan dia menderita selamanya, misalnya apabila ia mengalami kecelakaan lalu lintas yang berakibat cacad seumur demikian,, hilang kesempurnaan tubuhnya dan tidak ada lagi arti keturunan bangsawan yangdimilikinya. Sebaliknya orang yang buruk wajahnya dan lahir di keluarga miskin, namun ia rajin dan penuh kejujuran maka ia dapat memperoleh kepercayaan dari atasannya untuk jabatan penting tertentu dalam suatu perusahaan, misalnya. Jabatan penting yang dipercayakan kepadanya akan dapat memperbaiki kondisi ekonominya yang semula sulit. Jabatan itu juga menyebabkan ia menjadi orang terhormat yang bertolak belakang dengan keadaan yang dialaminya sewaktu ia mengerti cara kerja karma di atas, maka segala perbuatan baik dan buruk yang kita lakukanadalah termasuk dalam jenis karma kelompok ketiga Karma yang mengurangi buah karma yang sedang dialami. Apabila banyak perbuatan baik yang kita lakukan, maka kebahagiaan dapat terus ditingkatkan dan penderitaan dapat dikurangi. Sedangkan perbuatan jahat harus dihindari karena akan dapat menurunkan kebahagiaan dan meningkatkan penderitaan yang tengah dialami. Inilah kunci penting perubahan Dighanikaya Atthakatha III, 999 terdapat sepuluh jalan berbuat kebaikan DasaPuññakiriyavatthu yaitu1. Dãnamaya memberikan dana / kerelaan2. Sîlamaya menjaga sila kemoralan3. Bhãvanãmaya mengembangkan batin4. Apacãyanamaya bersikap rendah hati dan menghormati mereka yang lebih tua5. Veyyãvaccamaya membantu dan bersemangat dalam melakukan hal yang patut6. Patidãnamaya melimpahkan jasa baik kita7. Pattãnumodãnamaya menerima dan bergembira atas perbuatan baik orang Dhammadesanãmaya memberikan kotbah Dhamma10. Ditthujukakamma membenarkan pengertian salahPenjelasan mendetail 10 cara merubah nasib anda 1. Dãnamaya memberikan dana / kerelaanDana atau kerelaan dalam Agama Buddha adalah menjadi dasar segala perbuatan baik. Tidak akan ada perbuatan baik yang dilakukan seseorang apabila ia tidak memiliki kerelaan. Dana yang dimaksudkan di sini tidaklah selalu hanya berhubungan dengan uang ataupun materi saja. Dana yang dibicarakan adalah dana yang bersifat materi dan juga dana yang tidak bersifat materi. Dana yang bersifat materi lebih biasa di dengar, sedangkan salah satu contoh dana yang bersifat bukan materi adalah kesediaan seseorang memberi maaf kepada orang yang bersalah. Pada tingkat awal, orang memang dianjurkan berdana dalam bentuk materi, misalnya uang, pakaian, makanan maupun kebutuhan yang lain. Sesungguhnya makna dana ini adalah menumbuhkan kebiasaan berpikir untuk membahagiakan mahluk lain. Bahkan, semua mahluk. Ia akan membahagiakan mereka dengan segala macam cara. Menumbuhkembangkan pikiran yang penuh cinta kasih. Dalam Jataka 37 disebutkan bahwa apabila seseorang memiliki pikiran penuh cinta kasih maka ia akan merasa welas asih kepada semua mahluk di dunia. Semua mahluk yang ada di atas, di bawah dan di sekelilingnya, tak terbatas di manapun juga. Apabila sikap ini sudah dapat terbentuk dengan kemampuan materi, maka dapat dilanjutkan dengan memberikan hal-hal yang bukan materi. Mau mendengarkan kesulitan orang lain adalah juga termasuk berdana yang bukan Sîlamaya menjaga sila kemoralanPelaksanaan kemoralan ditujukan agar seseorang selain mampu berbuat baik, ia hendaknya juga mampu mengendalikan dirinya, mengendalikan tingkah lakunya. Dalam pelaksanaan sila, sebagai permulaan, seseorang dapat melatih lima sila atau disebut juga sebagai Pancasila Buddhis dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Lima latihan kemoralan itu adalah latihan untuk tidak membunuh dan menganiaya mahluk hidup, tidak mencuri, tidak melanggar kesusilaan, tidak berbohong dan tidak mabuk-mabukan Anguttara Nikaya III, 203. Tujuan dari pelaksanaan sila ini agar si pelaku tidak memiliki kesalahan yang dapat merugikan diri sendiri maupun fihak lain. Dengan pelaksanaan sila, selain si pelaku dapat diterima sebagai anggota masyarakat yang baik, ia pun juga termasuk melakukan karma baik. Dalam Theragatha 608 disebutkan bahwa di sini, di dunia ini, seseorang haruslah melatih dengan cermat untuk menyempurnakan kemoralan, karena kemoralan apabila dikembangkan dengan baik akan menghantarkan semua keberhasilan ke dalam genggaman. Selanjutnya, apabila pelaksanaan latihan lima sila ini ingin ditingkatkan, maka seseorang dapat melatih delapan sila sehari dalam seminggu. Lebih meningkat lagi adalah dengan melaksanakan sepuluh sila yaitu dengan menjadi samanera sementara ataupun tetap. Paling banyak latihan sila adalah dengan melakukan bhikkhu sila yaitu melatih 227 peraturan Bhãvanãmaya mengembangkan batinBerdana dan melaksanakan kemoralan adalah latihan pembentukan kebiasaan yang masih berkaitandengan unsur fisik seseorang. Kedua latihan ini sudah cukup baik, namun masih harus seseorang hanya melatih diri sampai pada unsur fisik saja, maka ia akan menjadi orang yangmunafik, pandai berpura-pura; baik kelakuan tetapi jahat pikirannya. Ia hendaknya juga melatih pikirannya dengan meditasi. Meditasi sebaiknya dilatih setiap hari, pagi dan sore hari paling sedikit 15 menit atau 30 menit setiap latihan. Melalui meditasi orang dibiasakan berpikir yang baik, berkonsentrasi pada segala hal yang sedang dipikirkan, dikerjakan dan diucapkan. Tujuan utama meditasi adalah membentuk kebiasaan berpikir, hidup adalah saat ini. Pikiran seseorang sering melayang ke masa lampau ataupun yang akan datang, akibatnya timbullah perasaan suka dan duka. Suka adalah sebagai akibat tercapainya keinginan di masa lampau atau karena membayangkan kebahagiaan yang akan diperoleh di masa depan. Sebaliknya duka adalah karena keinginan di masa lampau tidak tercapai atau ketakutan membayangan masa yang akan datang. Padahal, keduanya adalah tipuan pikiran belaka. Di masa lampau seseorang pernah hidup tetapi ia sudah tidak hidup di masa itu lagi. Sedangkan masa depan, ia akan hidup tetapi belum tentu hidup. Hidup adalah saat ini. Ketakutan maupun kebahagiaan semu justru akan menyianyiakan kenyataan bahwa saat inilah seseorang sedang hidup!4. Apacãyanamaya bersikap rendah hati dan menghormati mereka yang lebih tuaRendah hati adalah salah satu bentuk latihan mengurangi keakuan. Keakuan menjadikan seseorang merasa sebagai tokoh utama dalam hidup ini. Tanpa dirinya seakan dunia tidak akan berputar lagi. Padahal menurut Buddha Dhamma kehidupan ini sesungguhnya dicengkeram oleh Hukum Sebab dan Akibat. Artinya, seseorang mampu mencapai kondisi seperti saat ini pasti ada sebabnya. Dan dari salah satu penyebab tersebut, pasti juga akan melibatkan fihak lain. Seseorang tidak akan pernah mampu untuk hidup sendirian dalam dunia. Ia pasti membutuhkan fihak lain untuk saling membantu. Oleh karena itu, apabila telah disadari bahwa orang tidak dapat hidup sendirian, maka orang akan mampu mengurangi rasa keakuan, mengikis kesombongan. Orang akan dapat hidup hormat menghormati. Orang akan menghormati mereka yang atut memperoleh penghormatan. Orangtua misalnya, adalah orang yang menyebabkan seseorang ada di dunia ini. Mereka pula yang membesarkan dan mendidik karena itu, sudah selayaknya mereka memperoleh penghormatan. Demikian pula dengan kakak yang mungkin juga telah ikut berperan dalam menjaga dan menghindarkan seseorang dari bahaya. Para guru juga memiliki jasa dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya. Serta masih sangat banyak fihak lain lagi yang amat berjasa dan berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Penghormatan selain sebagai sarana mengurangi keakuan, juga untuk membiasakan seseorang agar dapat mengenal budi baik orang lain. Dalam Anguttara Nikaya I, 87 dinyatakan bahwa terdapat dua tanda yang dimiliki oleh orang yang sulit dijumpai di dunia ini. Kedua tanda itu adalah, pertama, orang tersebut memiliki kemampuan dan kemauan untuk memberikan pertolongan kepada fihak lain, tanpa mengharapkan imbalan apapun juga. Kedua, orang tersebut memiliki kesadaran atas kebaikan yang telah pernah diterimanya dan berusaha untuk berbuat baik kepada fihak tersebut dengan lebih besar daripada kebaikan yang pernah diterimanya. Sesungguhnya, adalah satu perbuatan baik yang dapat cepat mengubah karma seseorang apabila ia dapat mengingat jasa kebaikan orang lain, memberikan penghormatan yang selayaknya serta membalas kebaikan Veyyãvaccamaya membantu dan bersemangat dalam melakukan hal yang patutPerbuatan baik tidak berarti hanya berusaha menghindari kejahatan dengan melatih kemoralan. Menghindari melakukan kejahatan adalah salah satu bentuk perbuatan baik yang dikategorikan kebaikan pasif. Sebutan ini diberikan karena sifat perbuatan baik tersebut dilakukan dengan usaha menahan diri untuk tidak mengerjakan sesuatu kejahatan. Selain itu, ada pula perbuatan baik secara aktif. Maksud perbuatan baik jenis ini adalah seseorang didorong secara aktif dan terus menerus untuk melakukan kebajikan sesuai dengan tuntunan Ajaran Sang Buddha. Banyak disebutkan dalam Dhamma tentang anjuran melakukan kebajikan. Anjuran untuk menolong mahluk lain, berdana, mengembangkan kejujuran serta masih banyak lagi bentuk perbuatan baik lainnya. Selain melakukan sendiri, seseorang hendaknya juga mau menganjurkan orang lain melakukan kebajikan yang sama dengan yang telah dilakukannya sendiri. Perbuatan ini dapat digolongkan sebagai berdana Dhamma. Bukankah dalam Dhammapada XXIV,21 disebutkan bahwa pemberian Dhamma dapat mengalahkan segenap pemberian lainnya6. Patidãnamaya melimpahkan jasa baik kitaWalaupun dalam Hukum Sebab dan Akibat disebutkan bahwa si pelaku akan memperoleh buah perbuatannya sendiri, perbuatan baik ternyata dapat dilimpahkan jasanya. Proses ini digambarkan dengan seorang anak yang menuntut ilmu di kota lain memberitakan kabar kelulusannya kepada orangtuanya di kota kelahirannya. Mendengar kabar gembira ini, ayah dan ibunya tentunya akan merasakan kebahagiaan. Padahal apabila direnungkan, si anak yang lulus tetapi mengapa orangtuanya juga merasakan kebahagiaan? Inilah yang disebut muditã citta atau ikut bergembira atas kebahagiaan yang dirasakan oleh orang lain Vibhangga 272 & 642. Muditã citta adalah termasuk melakukan salah satu karma baik lewat pikiran. Oleh karena itu, kondisi sedemikian inilah yang dimunculkan oleh seorang umat Buddha apabila melimpahkan jasa kebaikan yang dilakukannya kepada sanak keluarganya yang sudah meninggal. Sanak keluarga yang meninggal adalah seperti orangtua yang tinggal di luar kota pada perumpamaan di atas, mereka akan ikut berbahagia atas kebajikan yang dilimpahkan kepadanya. Kebahagiaan ini berarti penimbunan karma baik lewat pikiran. Apabila pelimpahan jasa ini sering dilakukan, berarti makin banyak memberi kesempatan para leluhur menanam kebajikan. Akibatnya, apabila karma baik yang ditimbunnya sudah cukup, meninggallah mereka dari alamnya dan terlahir di alam yang lebih demikian, pelimpahan jasa ini akan banyak memberikan manfaat. Pertama, manfaat didapat oleh si pelaku kebajikan sendiri. Kedua, para leluhur pun ikut menikmati kebajikannya sehingga memberikan kondisi terlahir di alam yang lebih baik. Ketiga, si pelaku dapat mengurangi keakuan, sebab semua kebajikan yang dilakukan diatasnamakan para leluhur. Keempat, obyek perbuatan baik yang menerima kebajikan juga akan memperoleh kebahagiaan. Minimal empat manfaat itulah yang dapat dirasakan dalam proses pelimpahan jasa. Oleh karena itu, dengan seringnya melakukan pelimpahan jasa akan mengkondisikan penanaman karma baik yang cukup banyak pula untuk semua Pattãnumodãnamayamenerima dan bergembira atas perbuatan baik orang lainRasa berbahagia atas kebahagiaan yang didapatkan fihak lain, muditã citta, bukan hanya diperlukan untuk para leluhur yang sudah meninggal saja. Sikap pikiran yang baik ini hendaknya juga dimiliki oleh orang yang masih hidup. Hal ini karena sikap pikir ini jelas-jelas merupakan karma baik. Kebanyakan, orang merasa iri hati dengan kebahagiaan orang lain ataupun tidak senang apabila orang lain mempunyai kesempatan berbuat baik. Perasaan ini muncul karena sebagai orang yang belum mencapai kesucian, seseorang masih diliputi oleh ketamakan, kebencian dan kegelapan batin. Oleh karena itu, agar memperoleh ketenangan hidup dan sekaligus untuk menambah perbuatan baik, perasaan iri ini harus dikendalikan bahkan kalau dapat dimusnahkan. Cara memusnahkannya adalah dengan menyadari bahwa segala suka dan duka yang dialami seseorang adalah buah dari perbuatannya sendiri. Kesempatan berbuat baik dan kebahagiaan yang dialami seseorang adalah karena buah karma baiknya sendiri. Apabila seseorang sering menambah kebajikan, tentu saja kesempatan berbahagia semakin besar diperolehnya. Sebaliknya, penderitaan yang dialami seseorang juga akibat buah karma buruknya. Dengan demikian, seseorang hendaknya menghindari melakukan perbuatan yang tidak benar agar terhindar dari pengertian akan Hukum Sebab dan Akibat ini maka akan musnahlah iri hati dengan kebahagiaan orang lain; serta merasa sombong ketika melihat penderitaan orang Dhammasavanamayamendengarkan DhammaSebagai seorang umat Buddha, seseorang wajib datang ke vihara mengikuti puja bhakti. Hal ini perluditegaskan di sini karena banyak manfaat yang diperoleh dari mengikuti puja bhakti. Pertama, sewaktu membaca ulang kotbah-kotbah Sang Buddha Paritta seseorang harus mempergunakan konsentrasi pikirannya. Dengan konsentrasi, maka ia akan terbebas dari pikiran yang buruk. Selama membaca Paritta pikirannya dapat diarahkan menuju ke kebaikan. Kedua, jika di kemudian hari seseorang dapat mengerti makna Paritta yang dibacanya, ia akan memperoleh pedoman hidup yang tiada taranya. Pedoman yang sederhana, mudah dilaksanakan dan membimbing orang untuk lebih percaya diri. Ketiga, di vihara seseorang diberi kesempatan untuk melatih meditasi yang merupakan salah satu sarana mengendalikan pikiran. Dengan pikiran terkendali, niatan melakukan perbuatan jahat dapat dikikis sedangkan niat berbuat baik dapat dipupuk. Keempat, di vihara seseorang memiliki kesempatan mendengarkan Ajaran Sang Buddha. Seperti yang telah diketahui bahwa Dhamma yang telah dibabarkan dengan sempurna oleh Sang Buddha adalah merupakan bekal penting dalam kehidupan. Inti sari Ajaran Sang Buddha adalah menumbuhkan sikap yang benar dalam menghadapi perubahan dalam hidup. Sebab orang sering kecewa dengan kenyataan hidup. Segala sesuatu yang diinginkannya tidak tercapai, sebaliknya hal yang diperoleh justru bukan yang diinginkannya. Mendengarkan Dhamma adalah ibarat memberikan tenaga tambahan pada batin seseorang yang mungkin lelah dalam menghadapi kenyataan hidup. Mendengarkan Dhamma menjadi penting karena banyak manfaat yang diperoleh. Kitab Anguttara Nikaya III, 248 disebutkanbeberapa manfaat mendengarkan Dhamma, yaitu1. Memperoleh pengertian yang belum pernah didengar sebelumnya2. Memperjelas hal yang telah pernah didengar sebelumnya3. Menghilangkan keraguan tentang hal yang telah pernah didengar4. Memberikan pengertian yang benar5. Menimbulkan pikiran yang jernih, terang dan bahagiaMengingat cukup banyak manfaat datang ke vihara mengikuti puja bhakti, maka jelas sudah tidak akan ada lagi keraguan untuk melaksanakannya. Bukankah setiap orang ingin meningkatkan kualitashidupnya? Bukankah orang ingin hidup lebih berbahagia daripada yang tengah dirasakan saat ini? Sering pergi ke vihara adalah merupakan salah satu cara mencapainya. Ikut puja bhakti dan mendengarkan Dhamma adalah cara efektif dan efisien untuk menambah kebajikan dan meningkatkan kualitas Dhammadesanãmaya memberikan kotbah DhammaAjaran Sang Buddha yang telah pernah di dapat baik dari vihara maupun dari sumber-sumber lainnyahendaknya dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan Dhamma ini jauh lebih penting daripada hanya sekedar menghafalkannya. Dengan mencoba menjalankan Ajaran Sang Buddha, seseorang akan dapat merasakan manfaat langsung. Merasakan manfaat Dhamma secara nyata ini hendaknya menjadi semangat untuk menceritakan dan mendorong orang lain agar melaksanakan Dhamma dengan baik pula. Dalam pengertian Buddhis, seseorang dihargai bukan karena banyaknya Dhamma yang dipelajari dan dimengerti tetapi adalah dari seberapa banyak Dhamma yang telah dilaksanakan dalam hidupnya. Dhammapada VIII, 3 menyebutkan bahwa daripada seribu bait syair yang tidak bermanfaat, adalah lebih baik satu kata Dhamma yang dapat memberikan kedamaian kepada pendengarnya. Jelaslah disini bahwa kualitas lebih diutamakan daripada kuantitas. Oleh karena itu, bersedia menceritakan secara sederhana pengalaman sendiri setelah melaksanakan Dhamma akan mendorong orang lain mengikutinya. Menjadikan orang lain memiliki kesempatan mendapatkan pengalaman yang serupa, kebahagiaan. Keberhasilan menganjurkan orang melaksanakan Dhamma adalah merupakan Dhamma dana yang diakui akan memberikan buah terbesar melampaui segala bentuk pemberian lainnya. Banyak cara digunakan untuk membagikan pengalaman melaksanakan Dhamma. Cerita bebas atau 'ngobrol' Dhamma, ceramah resmi maupun hanya berupa 'kesaksian' Dhamma dalam forum terbatas, cetak buku Dhamma, membiayai anak asuh ke sekolah Buddhis dsb. Adalah beberapa contoh cara memberikan Dhamma kepada orang-orang di lingkungan Ditthujukakammamembenarkan pengertian salahPerbuatan baik yang kesepuluh ini adalah kelanjutan dari uraian yang kesembilan di atas. Seseorang pada saat akan membagikan pengalaman Dhamma, hendaknya memiliki tujuan. Salah satu tujuan pokok adalah untuk memberikan pengertian yang benar akan hakekat kehidupan. Cukup banyak pengertian yang tidak tepat yang beredar dalam masyarakat. Misalnya, tentang pengertian nasib yang tidak dapat diubah sama sekali atau cara mengubah nasib yang kurang sesuai. Akan menjadi tugas bersama para umat Buddha untuk memberikan pengertian benar dengan berlandaskan cinta kasih. Kasihanilah mereka yang masih belum mengerti. Janganlah mereka dimusuhi. Berilah kesempatan kepada mereka untuk meningkatkan kualitas dirinya. Dengan memiliki pola pikir demikian akan membangkitkan semangat para umat Buddha membagikan Dhamma secara bijaksana dan penuh cinta kasih serta kesabaran. Tindakan ini jelas-jelas akan menjadikan peningkatan karma baik kedua belah fihak secara maksimal. Pada akhirnya, mereka yang memupuk karma baik yang terbanyaklah yang akan segera mendapatkan kebahagiaan.

10 perbuatan baik dalam agama buddha